HASIL OBSERVASI LAPANGAN
Waktu : Sabtu, 1 September 2012
Tempat :
Wangunharjo, Lembang, Bandung Barat
Tentang : Proyek Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak
Layak Huni
Oleh :
1. Hajbudin Hikmatiar
2. Devita Murni
Desa Wangunharjo
merupakan desa yang berletak di perbukitan lembang, desa ini bisa di tempuh
melalui jalur darat dengan menempuh perjalanan kurang-lebih satu jam dari dago.
Untuk mendapati ramahnya penduduk setempat kita dapat menjangkaunya dengan
kendaraan bermotor maupun kendaraan beroda empat. Kawasan ini memiliki letak di
area suburnya daerah lembang, maka tak heran jika komoditi terbesar yang di
hasilkan oleh daerah ini tidak jauh-jauh dari kata kebun. Bentangan hijau pohon cabai ataupun bunga kol
tidak lepas dari pandangan kami yang memijakan kaki di tempat nan sejuk ini.
Namun di samping eloknya yang tidak terkira, di baliknya tertimbun masalah
sosial.... atau lebih tepatnya kesenjangan sosial. Terjadi pelapisan masyarakat
dalam bab pekerjaan.
Awal memasuki kawasan
desa, sepintas tidak ada yang senjang di dalam desa ini... kulihat sebuah
kantor pedesaan yang bediri seperti baru kemarin kokoh. Selidik boleh, kami menuju ke TKP... Bersama
Pak Lulu beliau perwakilan dari subdit kemensos, bersama dua punggawanya....
Lantas seorang beruban... Pak Slamet
Ginting aku ingat betul itu... ahli dari media percetakan republik ini...
Mencoba mencari
celah, menyibak dinding rumah kutemukan rumah berbilik eh bersebelahan dengan
rumah berdinding papan... itulah rumah yang mata kami cari... Dalam hati hanya
berkata miris ketik di sepanjang barisan tadi ku jumpa rumah berjajar rupawan,
di buritan justru sangat memprihatinkan... Begitu sampai dmenginjakan kaki di
rumah tak berhalaman itu... Terbaca olehku PRS RTLH (Proyek Rehabilitasi Sosial
rumah tidak layak huni)
Hadir dengan kumis
tebalnya , Pak Dede selaku penguasa Desa, atau sering sang pribumi mengenalnya
dengan sebutan pak lurah, memberikan senyuman ramahnya... tanpa basa-basi Ia
dengan percaya diri membuka prolog di pagi itu... Rumah ini sengaja di tandai
dengan cat warna hijau... agar memiliki kesamaan rumah ini telah terbantu,
nampaknya...
Kuperoleh informasi
rumah beruntung ini mendapatkan sokongan tidak hanya dari pemerintah melainkan
dari Pemerintahan Kuwait juga bersumbang asih, lebih tepatnya naungan Yayasan
Jamiyya Ar Rahman Jakarta. 10 juta tertebus untuk satu rumah.Ku ayunkan tangan
ke arah dinding dan ternayat rumah ini menelan murni 10 juta dengan penerimaan
rumah seni permanen. Mendekat Pak Lulu kepadaku.. jangan keras-keras, runtuh
nanti... beliau berbisik . Kataku dengan muka tanpa dosa ‘ hehe maaf pak’
Katanya, rumah ini
menjadi rumah pengerjaan tercepat tinimbang 49 rumah lain yang bernasib sama.
Bisik boleh bisik pengerjaan bedah kampung Rurilahu di desa ini akan menjadi
percontohan Bedah kampung edisi berikutnya dan di tempat yang berbeda. Ya,
karena antusias masyarakat yang besar , berupa andil ambil bagian dan berperan
menjadi tim sukses dalam pelekasanaan bedah kampung ini tidak lain dan tidak
bukan adalah masyarakatnya sendiri ... Budaya gotong royong yang di pakai
menjadi suatu kebiasaan dalam kearifan lokal masyarakat setempat yang hendaknya
di tiru oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Dalam penggarapannya swadaya
masyarakatlah yang di butuhkan sehingga berdiri sebuah rumah yang layak huni.
Bedah kampung di desa
ini awalnya mengajukan 150 rumah yang siap di bedah, namun karena aspek dalam
pemenuhan kriteria di penuhi maka di tekanlah menjadi 5o rumah, itu pun sudah
mengkategorikan rumah sampai 3 lapisan sekaligus... Tidak layak 1 , tidak layak
2 dan tidak layak 3 itulah yang menjadi patokan 50 rumah berhasil di bedah...
Selain itu tidak semua rumah di bedah menghabisakn biaya sebesar sepuluh juta
rupiah setelah di gali informasinya, pemiliki rumah satu dengan rumah lainnya itu
berbeda kemampuan untuk menjadikan istananya lebih indah dari rencana
sebelumnya. Kami mendapati sebuah rumah yang permanen dari atas hingga bawah
meninggi itu berhasil menelan dana 16 juta rupiah. Jadi kemampuan individulah
yang menjadikan hunian mereka berbeda dari yang lainnya.
Belajar dari
masyarakat desa ini jika berbicara tentang karang taruna menyinggung keaktifan
pemuda di desa ini. Memang sangat aktif betul terbukti dengan sumbangasih
pemuda yang ada di desa ini mampu menjadi tonggak dalam menggerakan masyarakat
untuk merampungkan rumah yang di bedah. Inisiatif para pemuda yang di wadahi
dalam karang taruna ini akan kita selediki untuk misi Kelompok Studi Karang
Taruna.
Sebelum melangkah ke
ketua Karang Tarunanya, aku akan berbagi pengalaman apa yang aku bincang selama
menyusuri desa ini... Ada dua rumah yang aku akan aku beri beda untuk
kalian.... Rumah pertama di miliki oleh Bapak X beliau adalah seorang buruh
kebun bersama istrinya. Memiliki dua orang anak, dalam kesehariannya 3o hari
menjadi pendapatannya. Rumah yang mereka
berdiri akhirnya berdiri dengan bangunana semi tembok, eh batu bata. Rumah yang
beratap genting ini emndapat bantuan dari tetangganya , yaitu dengan memakai
genteng tetangganya rumah ini tampak
sejuk. Ya karena tetangganya bersedia memberikanm genteng sedang tetangganya
memakai genteng asbes kalau tidak salah. ^^ Dalam pembangunan rumah ini
alokasinya sebesar 9 juta rupiah menjadi pembelanjaan khusus material sedangkan
1 juta di anggarkan untuk tukang... untuk masyarakat, bersama untuk sejatera...
Rumah kedua,
berpenghuni Bapak Y dengan salah seorang istri dan 3 orang anaknya yang sudah
beristri... Yang ketiga ini akan menjadi pamungkas untu menikah dalam waktu
dekat... Menurut kisahnya Kedua orang tua ini mengambil 3,5 juta dari anggaran
anak terakhirnya menikah untuk menjadi penutup kurang membangun rumah impian. .
Dari sini lantas kami
bergerak lagi kerumah dimana kami bisa jangkau... aku melihat kesenjangan lekat
sekali.. ada rumah yang berhalaman luas, ada yang tidak berhalaman, ada rumah
yang bertingkat... akhirnya hatiku mengetuk, dan keluarlah pertanyaan adakah
kesenjangan... ada kata Si Lurah... Dan
sebagai alternatif atau pengatas ialah hendak adanya bedah desa... ini pembedahan
part II lagi untuk masyarakat akan ada Sarling sarana keliling berupa pelayanan
MCK untuk warga setempat...
Dari tumah kerumah
tadi kami menuju balai desa dan mengobrol
dengan yang memiliki wewwnang di desa ini... Pak Dede ... memimpin 9RW , 38 RT
dan 3 Kepala dusun didesa wangunharja ini. Kepala dusun ini kalau di jawa di
sebut bayan juga... kalau di sunda entalah aku lupa... he Pak Dede menjadi
kepala dusun selama 8 tahun sedang sekdes selama 2 tahun, luar biasa lama ya
mengabdinya J Beruntungnya sekdes teladan yang terpilih di desa ini akan
menjadi PNS menurut penuturan Pak Dede.
Keaktifan masyarakat 80 % di area jumlah penduduk 7150 orang serta 2200
KK. Sebagian mayoritas ialah pemilik dan buruh perkebunan. Fasilitas yang di miliki desa ini memiliki 2
SD, 2 MI, 1 MTS, 1 MA dan 1 SMK. Pendidikan non formal juga tersedia, yaitu
ponpes. Selanjutnya lingkup kesehatan
terdapat puskesmas pembantu dan dua bidan yang siap menolong. Pekerja sosial
pun disini juga tersedia termasuk lkaur pemerintah terletak dalam Sekdes. 5
Tahun pembangunan desa ini sangatlah pesat , mendapat bantuan dari APBN maka
seperti inilah hasilnya....
Beralih ke unit
Karang Taruna, adanya KUBE yang di gelontorkan sebesar 150 juta ini ternyata di
bentuk untuk memberdayakan orang yang mendapat bantuan bedah rumahnya tadi, ya
masing2 di bentuk 5 orang dan akan mendapat 2o juta, itu nanti bergerak bersama
pemuda karang taruna. Kegiatan karang taruna sendiri disini melakukan
koordinasi dengan ketua RT dan ketua RW, melaporkan keadaan sosial dan
sebagainya. Karang taruna di sini merupakan Karang Taruna terbaik kedua tingkat
kabupaten karena giatnya... Harapannya
dengan kami mengetahui apa tyang di toreh karang taruna disini bisa
menjembatani karang taruna yang terdapat di desa laion agar mengetahui prestasi Karang Taruna di sini... Barvo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar