Rabu, 05 September 2012

HASIL OBSERVASI LAPANGAN

 

Waktu           : Sabtu, 1 September 2012

Tempat         : Wangunharjo, Lembang, Bandung Barat

Tentang       : Proyek Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

Oleh            :  1.  Hajbudin Hikmatiar

                     2. Devita Murni

Desa Wangunharjo merupakan desa yang berletak di perbukitan lembang, desa ini bisa di tempuh melalui jalur darat dengan menempuh perjalanan kurang-lebih satu jam dari dago. Untuk mendapati ramahnya penduduk setempat kita dapat menjangkaunya dengan kendaraan bermotor maupun kendaraan beroda empat. Kawasan ini memiliki letak di area suburnya daerah lembang, maka tak heran jika komoditi terbesar yang di hasilkan oleh daerah ini tidak jauh-jauh dari kata kebun.  Bentangan hijau pohon cabai ataupun bunga kol tidak lepas dari pandangan kami yang memijakan kaki di tempat nan sejuk ini. Namun di samping eloknya yang tidak terkira, di baliknya tertimbun masalah sosial.... atau lebih tepatnya kesenjangan sosial. Terjadi pelapisan masyarakat dalam bab pekerjaan.

Awal memasuki kawasan desa, sepintas tidak ada yang senjang di dalam desa ini... kulihat sebuah kantor pedesaan yang bediri seperti baru kemarin kokoh.  Selidik boleh, kami menuju ke TKP... Bersama Pak Lulu beliau perwakilan dari subdit kemensos, bersama dua punggawanya.... Lantas seorang  beruban... Pak Slamet Ginting aku ingat betul itu... ahli dari media percetakan republik ini...

Mencoba mencari celah, menyibak dinding rumah kutemukan rumah berbilik eh bersebelahan dengan rumah berdinding papan... itulah rumah yang mata kami cari... Dalam hati hanya berkata miris ketik di sepanjang barisan tadi ku jumpa rumah berjajar rupawan, di buritan justru sangat memprihatinkan... Begitu sampai dmenginjakan kaki di rumah tak berhalaman itu... Terbaca olehku PRS RTLH (Proyek Rehabilitasi Sosial rumah tidak layak huni)

Hadir dengan kumis tebalnya , Pak Dede selaku penguasa Desa, atau sering sang pribumi mengenalnya dengan sebutan pak lurah, memberikan senyuman ramahnya... tanpa basa-basi Ia dengan percaya diri membuka prolog di pagi itu... Rumah ini sengaja di tandai dengan cat warna hijau... agar memiliki kesamaan rumah ini telah terbantu, nampaknya...

Kuperoleh informasi rumah beruntung ini mendapatkan sokongan tidak hanya dari pemerintah melainkan dari Pemerintahan Kuwait juga bersumbang asih, lebih tepatnya naungan Yayasan Jamiyya Ar Rahman Jakarta. 10 juta tertebus untuk satu rumah.Ku ayunkan tangan ke arah dinding dan ternayat rumah ini menelan murni 10 juta dengan penerimaan rumah seni permanen. Mendekat Pak Lulu kepadaku.. jangan keras-keras, runtuh nanti... beliau berbisik . Kataku dengan muka tanpa dosa ‘ hehe maaf pak’

Katanya, rumah ini menjadi rumah pengerjaan tercepat tinimbang 49 rumah lain yang bernasib sama. Bisik boleh bisik pengerjaan bedah kampung Rurilahu di desa ini akan menjadi percontohan Bedah kampung edisi berikutnya dan di tempat yang berbeda. Ya, karena antusias masyarakat yang besar , berupa andil ambil bagian dan berperan menjadi tim sukses dalam pelekasanaan bedah kampung ini tidak lain dan tidak bukan adalah masyarakatnya sendiri ... Budaya gotong royong yang di pakai menjadi suatu kebiasaan dalam kearifan lokal masyarakat setempat yang hendaknya di tiru oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Dalam penggarapannya swadaya masyarakatlah yang di butuhkan sehingga berdiri sebuah rumah yang layak huni.

Bedah kampung di desa ini awalnya mengajukan 150 rumah yang siap di bedah, namun karena aspek dalam pemenuhan kriteria di penuhi maka di tekanlah menjadi 5o rumah, itu pun sudah mengkategorikan rumah sampai 3 lapisan sekaligus... Tidak layak 1 , tidak layak 2 dan tidak layak 3 itulah yang menjadi patokan 50 rumah berhasil di bedah... Selain itu tidak semua rumah di bedah menghabisakn biaya sebesar sepuluh juta rupiah setelah di gali informasinya, pemiliki rumah satu dengan rumah lainnya itu berbeda kemampuan untuk menjadikan istananya lebih indah dari rencana sebelumnya. Kami mendapati sebuah rumah yang permanen dari atas hingga bawah meninggi itu berhasil menelan dana 16 juta rupiah. Jadi kemampuan individulah yang menjadikan hunian mereka berbeda dari yang lainnya.

Belajar dari masyarakat desa ini jika berbicara tentang karang taruna menyinggung keaktifan pemuda di desa ini. Memang sangat aktif betul terbukti dengan sumbangasih pemuda yang ada di desa ini mampu menjadi tonggak dalam menggerakan masyarakat untuk merampungkan rumah yang di bedah. Inisiatif para pemuda yang di wadahi dalam karang taruna ini akan kita selediki untuk misi Kelompok Studi Karang Taruna.

Sebelum melangkah ke ketua Karang Tarunanya, aku akan berbagi pengalaman apa yang aku bincang selama menyusuri desa ini... Ada dua rumah yang aku akan aku beri beda untuk kalian.... Rumah pertama di miliki oleh Bapak X beliau adalah seorang buruh kebun bersama istrinya. Memiliki dua orang anak, dalam kesehariannya 3o hari menjadi pendapatannya.  Rumah yang mereka berdiri akhirnya berdiri dengan bangunana semi tembok, eh batu bata. Rumah yang beratap genting ini emndapat bantuan dari tetangganya , yaitu dengan memakai genteng tetangganya  rumah ini tampak sejuk. Ya karena tetangganya bersedia memberikanm genteng sedang tetangganya memakai genteng asbes kalau tidak salah. ^^ Dalam pembangunan rumah ini alokasinya sebesar 9 juta rupiah menjadi pembelanjaan khusus material sedangkan 1 juta di anggarkan untuk tukang... untuk masyarakat, bersama untuk sejatera...

Rumah kedua, berpenghuni Bapak Y dengan salah seorang istri dan 3 orang anaknya yang sudah beristri... Yang ketiga ini akan menjadi pamungkas untu menikah dalam waktu dekat... Menurut kisahnya Kedua orang tua ini mengambil 3,5 juta dari anggaran anak terakhirnya menikah untuk menjadi penutup kurang membangun rumah impian. .

Dari sini lantas kami bergerak lagi kerumah dimana kami bisa jangkau... aku melihat kesenjangan lekat sekali.. ada rumah yang berhalaman luas, ada yang tidak berhalaman, ada rumah yang bertingkat... akhirnya hatiku mengetuk, dan keluarlah pertanyaan adakah kesenjangan...  ada kata Si Lurah... Dan sebagai alternatif atau pengatas ialah hendak adanya bedah desa... ini pembedahan part II lagi untuk masyarakat akan ada Sarling sarana keliling berupa pelayanan MCK untuk warga setempat...

Dari tumah kerumah tadi kami menuju  balai desa dan mengobrol dengan yang memiliki wewwnang di desa ini... Pak Dede ... memimpin 9RW , 38 RT dan 3 Kepala dusun didesa wangunharja ini. Kepala dusun ini kalau di jawa di sebut bayan juga... kalau di sunda entalah aku lupa... he Pak Dede menjadi kepala dusun selama 8 tahun sedang sekdes selama 2 tahun, luar biasa lama ya mengabdinya J Beruntungnya sekdes teladan yang terpilih di desa ini akan menjadi PNS menurut penuturan Pak Dede.  Keaktifan masyarakat 80 % di area jumlah penduduk 7150 orang serta 2200 KK. Sebagian mayoritas ialah pemilik dan buruh perkebunan.  Fasilitas yang di miliki desa ini memiliki 2 SD, 2 MI, 1 MTS, 1 MA dan 1 SMK. Pendidikan non formal juga tersedia, yaitu ponpes.  Selanjutnya lingkup kesehatan terdapat puskesmas pembantu dan dua bidan yang siap menolong. Pekerja sosial pun disini juga tersedia termasuk lkaur pemerintah terletak dalam Sekdes. 5 Tahun pembangunan desa ini sangatlah pesat , mendapat bantuan dari APBN maka seperti inilah hasilnya....

Beralih ke unit Karang Taruna, adanya KUBE yang di gelontorkan sebesar 150 juta ini ternyata di bentuk untuk memberdayakan orang yang mendapat bantuan bedah rumahnya tadi, ya masing2 di bentuk 5 orang dan akan mendapat 2o juta, itu nanti bergerak bersama pemuda karang taruna. Kegiatan karang taruna sendiri disini melakukan koordinasi dengan ketua RT dan ketua RW, melaporkan keadaan sosial dan sebagainya. Karang taruna di sini merupakan Karang Taruna terbaik kedua tingkat kabupaten karena giatnya...  Harapannya dengan kami mengetahui apa tyang di toreh karang taruna disini bisa menjembatani karang taruna yang terdapat di desa laion agar mengetahui  prestasi Karang Taruna di sini... Barvo!

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar